Sufi, Beribadah Dengan Menari-nari
DAFTAR ISI
- Sufi, Beribadah Dengan Menari-nari (?!)
- Menurut Sufi, Sebagian Orang Tidak Perlu Beribadah Lagi?!
- Kekeliruan Pembagian Hakikat dan Syari’at Ala Tarikat Sufiyah
- Tujuan Ziarah Kubur Dalam Kaca Mata Sufi
Kejadian Aneh Para Wali, Komoditas Penting Golongan Sufi
- Sahkah Shalat di Belakang Orang yang Mengaku Tasawuf?
- Nasyid Islami Termasuk Kekhususan Orang Sufi
- Hukum Menziarahi Kuburan Guru Tarekat Sufi
- Pengagungan Kubur Dalam Pandangan Sufi
Masyarakat umumnya memandang persoalan menari berhubungan dengan seni dan budaya. Berbeda dengan kalangan Sufi, mereka memastikan ada ritual tertentu – di luar ibadah yang disyariatkan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam – yang berfungsi sebagai amalan sholeh layaknya ibadah-ibadah yang lain. Belakangan tidak asing lagi dipertontonkan, aksi berdzikir (beribadah) kepada Allâh Azza wa Jalla melalui cara berputar-putar secara teratur dengan kecepatan yang kian bertambah kencang, yang dikenal dengan sebutan Whirling Dervishes (darwis-darwis yang berputar) atau Tarian Sema (Arab: samâ’). Pada akhirnya, menurut mereka, para penari akan mengalami keadaan ekstase (fanâ’ ), melebur bersama Allâh Azza wa Jalla (?!)
Atribut mereka, mengenakan topi yang memanjang ke atas, jubah hitam besar, baju putih yang melebar di bagian bawahnya seperti rok, serta tanpa alas kaki. Mereka membungkukkan badan tanda hormat lalu mulai melepas jubah hitamnya. Posisi tangan mereka menempel di dada, bersilang mencengkram bahu. Demikian gambaran global tarian spiritual bernama samâ ini.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/150417-sufi-beribadah-dengan-menari-nari-2.html